NEW YORK, Hot News Today — Harga minyak pada perdagangan hari Jumat (14/1/2011) di New York, Amerika Serikat, melejit lagi. Untuk pertama kali dalam dua tahun terakhir harga minyak melampaui angka 99 dollar AS per barrel. ”Jika harga minyak menyentuh angka 100 dollar AS, kami akan mendorongnya ke angka yang lebih tinggi lagi,” kata Rich Ilczyszyn, pedagang minyak dari perusahaan Lind-Waldock, New York, Jumat.
Di London, pada hari yang sama harga minyak jenis Brent North Sea mencapai 99,20 dollar AS, harga tertinggi sejak 1 Oktober 2008. Sejumlah pakar memperkirakan harga minyak segera melampaui angka 100 dollar AS per barrel. ”Harga minyak mentah jenis Brent bisa melejit ke atas angka 100 dollar AS per barrel berdasarkan asumsi bahwa konsumsi naik sehubungan dengan musim dingin ekstrem di Eropa, juga akibat seretnya pasokan,” kata analis dari CMC Markets, Michael Hewson.
Hewson menambahkan, ”Kenaikan harga minyak telah mendorong spekulasi yang akan mendongkrak lagi harga minyak di atas angka 100 dollar AS.”
Hal itu didukung dengan pernyataan negara-negara eksportir minyak, seperti Iran, Venezuela, dan Iran, Minggu, bahwa harga minyak di level 100 dollar AS tidak harus memaksa penghasil minyak menaikkan kuota produksi.
Menteri Perminyakan Iran Massoud Mirkazemi, di Teheran, mengatakan, sejumlah negara anggota eksportir minyak (Organisasi Negara Pengekspor Minyak/OPEC) tak melihat mendesaknya kenaikan produksi. Mereka baru akan menaikkan kuota produksi jika harga minyak mencapai angka 120 dollar AS per barrel.
OPEC kerap kali menuduh para spekulan pasar sebagai penyebab utama kenaikan harga minyak. Namun, korporasi minyak dunia mengatakan, kenaikan terjadi karena permintaan. ”Harga naik karena permintaan naik,” kata Christophe De Margerie, Chief Executive Total (perusahaan Perancis), di Dubai.
Menyimpang
Konsumen adalah korban pertama kenaikan harga minyak, termasuk konsumen Indonesia, walau negara ini juga menghasilkan minyak. ”Ini karena pemerintah salah mengelola (menyimpang dari Pasal 33 UUD 1945) kekayaan migas kita. Meskipun sumber daya minyak di perut bumi relatif masih melimpah, sekitar 80 miliar barrel, produksi minyak saat ini sangat rendah, sekitar 950.000 barrel per hari, dan merupakan yang terendah dalam 30 tahun terakhir,” kata pengamat perminyakan Dr Kurtubi.
Produksi Pertamina sekarang hanya sekitar 15 persen dari total produksi minyak nasional. ”Dalam 10 tahun terakhir produksi minyak terus turun dari 1,5 juta barrel per hari yang pernah dicapai pada tahun 1999. Target produksi gagal dicapai. Karena itu, kita harus mengimpor minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) sekitar 700.000 barrel per hari,” kata Kurtubi.
”Akibatnya, jika harga minyak dunia naik, kita juga susah. Solusinya, kembalikan pengelolaan migas nasional sesuai konstitusi dengan segera mencabut UU Migas karena UU titipan IMF ini melanggar konstitusi dan terbukti merugikan negara,” kata Kurtubi, seraya mengatakan, undang-undang itu mengganggu perencanaan produksi minyak lewat Pertamina akibat kekuasaan korporasi asing atas migas.
Pengamat perminyakan lainnya, Dr Parulian Sihotang, menambahkan, harga minyak yang naik memang akan menaikkan pendapatan negara sebagai penghasil minyak. ”Namun, karena kita masih mengimpor minyak dalam jumlah besar, kenaikan harga akan membebani keuangan negara. Kenaikan harga berdampak pada semakin naiknya beban subsidi BBM,” ujarnya.
”Jadi, yang paling penting bagi kita sekarang adalah meningkatkan produksi minyak dan gas serta mengupayakan sumber- sumber energi terbarukan (renewable) yang sangat banyak di negeri ini. Kita juga harus mendorong penghematan konsumsi energi, khususnya dari migas,” lanjut Parulian.
”Dengan perkataan lain, solusi komprehensif harus dicapai dengan kombinasi antara pengelolaan pasokan dan permintaan,” katanya. ”Kita belum menemukan solusi. Tingkat produksi migas terbukti terus merosot. Pengembangan sumber energi lain, seperti biofuel, geotermal, belum tercapai. Permintaan juga belum berhasil ditekan. Penggunaan energi kita boros. Karena itu harus mengimpor minyak untuk kebutuhan dalam negeri,” lanjutnya.